DENPASAR - Baliho yang mulai beterbaran di seantero Bali tentu membuat risih sebagian masyarakat yang biasa melihat suasana lenggang tanpa baliho liar Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) atau politisi Bali lainnya.
Bila disimak efektivitas penggunaan baliho, spanduk dan sejenisnya di jaman yang sudah modern dan serba digital ini tentu agak konyol dan kolot (kuno / tua).
Rasa ingin memasang baliho itu mungkin tergiur rasa ingin tampil yang terlihat keren namun itu sudah old fashion. Apalagi ada rebutan pengerusakan baliho sudah semakin marak, ancaman - ancaman pimpinan oknum kepala desa yang menolak pasangan dari salah satu calon makin gila.
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat Dalam Jebakan PDIP?
|
Alat penarik simpati yang sudah 'old fashion' dan sampahnya pasti meninggalkan jejak plastik yang sulit terurai alam membuat jauh dari kata ramah lingkungan, belum lagi menggunakan bahan - bahan murah yang tentu tidak ramah lingkungan.
Mendukung Bali dengan konsep kampanye hijau (Green Campaign) menjadi ancaman baru bagi lingkungan karena limbah visual baliho yang dihasilkan. Apalagi keinginan Bali menuju 'Green Island'.
Menghubungi Drs. I Made Artadana, M.Si., seorang Praktisi Pemerintahan dan juga politik ini membenarkan upaya mengurangi bahkan tidak sama sekali menggunakan alat peraga baliho atau spanduk.
Apalagi revolusi industri yang sudah banyak mempengaruhi pola berpikir para generasi muda Bali dalam pemanfaatan platform digital sudah sangat tinggi, khususnya merebut simpati para pendukung dari kalangan milenial.
Sehabis kampanye tentu pemerintah harus menanggung sampah kampanye yang tentu dalam jumlah yang besar dan mahal.
" Tentu tidak efektif soal penyampaian tentang visi misi mereka, karena 'space' (ruang) baliho / spanduk yang kurang besar "
Baca juga:
Tony Rosyid: Semua Atas Petunjuk Sang Dalang
|
Ia juga menambahkan bahwa limbah yang dihasilkan tidak mencerminkan perilaku 'go green' dan juga tidak sedap dipandang untuk kota pariwisata.
" Namanya pesta harus indah, gembira dan menyenangkan bagi masyarakat "
" Manfaatkan Medsos (Media Sosial) atau platform online, bisa juga media pers online tentu akan lebih efektif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ongkos Demokrasi bisa lebih murah, " pesannya kepada awak media. (Ray)