DENPASAR - Kebakaran yang melanda Bali seperti di TPA Suwung, Serangan, Denpasar dan bencana kebakaran di Kecamatan Kintamani, Bangli yang menghanguskan 74, 9 hektare lahan hutan. Bencana ini terjadi ada dugaan karena kondisi kering di musim kemarau.
Menghubungi Tirtha Wijaya, SP., selaku Sub. Koordinator Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III, menyebutkan bahwa Denpasar dan wilayah lainnya mengalami peningkatan di 2 hari belakangan ini sebesar 34⁰C.
Baca juga:
Poempida: IDCTA Promosikan Dekarbonisasi
|
" Dapat kami sampaikan bahwa dibeberapa wilayah di Bali mengalami iklim ekstrim dan kekeringan meteorologis "
Itu bisa diartikan adalah kondisi kering di suatu daerah pada periode waktu tertentu yang disebabkan berkurangnya curah hujan serta musim kemarau yang berkepanjangan.
Peringatan dini ekstrim yang berwarna kuning yang artinya waspada, kemudian orange artinya siaga dan merah yang artinya awas. Kemudian di level orange (siaga) 31 hari mengalami tidak turun hujan, yang dimana level merah (awas) itu berada di 61 hari tidak turun hujan (tanpa).
" Untuk daerah orange itu ada dibeberapa daerah kecamatan di Bali, seperti Kintamani, Karangasem, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara, Kuta Selatan, Nusa Penida dan Denpasar "
" Sedangkan untuk level merah terdapat di kecamatan Gerograk, Buleleng, kecamatan Sawan, kecamatan Kubu Tambahan dan Kecamatan Kubu, " ujar Tirtha, Sabtu (14/10/2023) melalui sambungan elektronik.
Ia juga menyebutkan beberapa faktor yang membuat kebakaran dibeberapa wilayah di Bali dikarenakan oleh akibat dari fenomena El Nino yang berlangsung sampai tahun 2024 nanti.
* Mengutip laman resmi BMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah. Jika pemanasan ini meningkat secara terus-menerus, maka potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik bagian tengah pun ikut meningkat.
Lanjutnya, faktor selanjutnya adalah terdapat pergerakan semu matahari yang pada saat tanggal 23 September 2023 lalu berada di lintang khatulistiwa, yang pergerakannya terus menuju ke selatan.
" Periode saat ini pergerakan matahari itu berada diatas Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur, sehingga memicu terjadinya suhu panas dan terik matahari yang sangat menyengat di siang hari, " pungkasnya. (Ray)